A Little Thing Called.... Romantic?

#30HariMenulis Day 3
-Fiksi Romantis-

Aku memperhatikan surat undangan yang tergeletak begitu saja di meja kerjaku. sudah dua hari ini tak pernah kusentuh. Nama yang tertera pada undangan itu membuatku sakit. Bagaimana tidak, nama dia yang dahulu pernah bersamaku menjalin hubungan indah kini akan berdampingan dengan orang lain di pelaminan. Nampak jelas, pernikahan dua manusia yang saling mencinta, Arief dan Sheila.

Undangan pink itu terlihat kontras dengan peralatan kerjaku yang serba gelap. Membuatnya jadi selalu terlihat dengan jelas. Nanar. Menyakitkan. Membuat luka lama kembali menganga. Tidak dilirik, warnanya mengganggu penglihatan. Dilirik? makin parah ini perasaan!

"Undangannya mau saya buang sekalian,Pak?" suara Pramubakti kantor membuyarkan lamunanku. Refleks aku menggeleng dan tersenyum padanya. Membiarkan dia pergi tanpa membawa undangan itu. Ah... bodohnya aku.

Teringat pertemuan pertama kami...

***

22 Desember 2010

Bola basket yang aku lemparkan terpental begitu cukup jauh. Lokasi lapangan basket kompleks yang berdekatan dengan tempat parkir mobil membuatku semakin panik.Dan benar saja, salah satu mobil berhasil aku rusak spionnya. Sebagai lelai bertanggungjawab aku pun bertanggungjawab. Menyimpan nomor handphone ku dan pergi. Daripada bertatap muka dan dimarahi.

Pukul 8 malam handphoneku berdering nyaring. Nomor tak dikenal dengan suara sapaan halus. Sopan. Meminta maaf mengganggu jam istirahatku, dan memintaku menemaninya memperbaiki spion mobilnya. Dan-dia-tidak-marah. Aku tertegun beberapa saat.
***

23 Desember 2010

Entah aku lupa apa saja yang terjai hari ini. Aku datang menemui dia, berangkat ke bengkel, nemenin dia makan, belanja, nonton, what? iya beneran, nonton! Dan tiba-tiba saja kami jadi begitu dekat.


9 September 2013

"Kapan sih kamu bisa seenggaknya sedikit romantis gitu sama aku", ucapku padanya saat kami sedang makan siang. Aku sengaja makan siang di restoran dekat kantornya. Dan jawabannya? Hanya melirikku dan tersenyum.

"Seenggaknya sekali gitu, kita udah pacaran 2 tahun lho, ya masa aku terus yang  romantis ke kamu, kan kaya aku yang ngejar-ngejar kamu"
"emang iya kan?" liriknya nakal.
***

Romantis
Romantis
Romantis
Romantis

Satu kata yang selalu aku keluhkan padanya. Satu kata yang sering membuat kita bertengkar hebat mempertahankan ego masing-masing. Entahlah, aku lelaki yang manja sehingga selalu menginginkan hal romantis dari pasangan. Dan karena hal itu aku pun gagal dalam berhubungan dengannya.

Ada beberapa hal sebenarnya yang membuatnya terlhiat begitu mempesona, dan benar benar romantis. Aku masih ingat, saat dia tiba -tiba muncul depan rumah dan mengajakku pergi begitu saja. tidak memberitahuku kemana dan akan melakukan apa. Rahasia, itu yang selalu diucapkannya. Dan tak pernah disangka-sangka, kita pergi ke sebuah museum dan bergabung dengan rombongan anak TK. Dia langsung menghampiri pembina TK tersebut, berbicara entah apa dan melambai padaku. Selama disana dia sering bercengkerama dengan anak-anak TK itu, tertawa bersama mereka, berlari lari, hingga kami pun diijinkan makan bersama mereka. Selama disana pula aku melihat dia begitu indah. Dia tak memanjakanku, tapi hal itu benar-benar terasa romantis.
***

23 April 2014

Aku terbangun dengan kepala agak pusing. Sendirian. Tak ada kepala yang bersandar di dadaku. Terlelap. Dengan tangan membelai belai pipiku.Tak juga kucium wangi sarapan yang biasa dia sajikan jika bangun terlebih dahulu. Atau suara nyanyian dari kamar mandi.

Aku bangkit perlahan. Mengambil pakaian yang tercecer di lantai. dan dengan enggan memakai celana dalam saja. Kulempar jeans dan kaosku ke tempat tidur dan melangkah menuju dapur. Dia pasti disana.

Sendiri, berkemeja putih, duduk membelakangi. Dia benar-benar sudah terbangun pagi sekali.
"Tumben bangun pagi,sayang" ucapku mengagetkannya.
Refleks dia menghadap ke arahku. Matanya merah. Tapi tak ada tanda kelilipan maupun menangis. Hanya berkaca-kaca. Menyiratkan stu kepedihan yang amat sangat. Tangannya menggenggam sesuatu. Bergetar. Perlahan naik. Perlahan. Dan masih bergetar.

"Ini.......siapa?", suaranya parau. Menahan tangis dan marah. Tangannya makin bergetar. Mengacungkan handphoneku. Dengan layar memuat satu pesan masuk. Nomor tak dikenal. Dengan isi pesan yang benar-benar membuatku terdiam.

Aku merindukan tubuh indahmu Reza, lekukan demi lekukan,
Dadamu yang bidang, ototmu yang tak pernah lemas,
lenguhmu, desahmu, peluhmu,
aku rindu kamu. Aku ingin kamu

Bukan, bukan pesan dia yang membuatku tak dapat bergerak, tapi baasan dariku yang membuatku diam

Ok, tgl 25 jam lapan malam di kosan lu ya.

Dia tidak menunggu jawabanku. Hanya menatapku. Tak hanya tangan. bibirnya pun kini ikut bergetar. Dan aku hanya terdiam. Diam. Diam. Benar-benar diam.

"Aku pergi. Terimakasih"
***

3 Juni 2016

Aku melangkahkan kaki dengan mantap. Ini pernikahannya. hari bahagianya. Tak ada salahnya aku hadir dan mengucapkan selamat atas hidupnya yang baru. Berdamai dengan apa yang menjadi  mimpi terburukku.

Taman yang telah disulap menjadi negeri kayangan. Kain serba putih menjuntai. Sebagian berkibar tertiaup angin malam. Wanita-wanita anggun bergaun mewah dan begandengan dengan sang tuxedo. Hilir mudik bercengkerama. 

Didepan sana,Lebih anggun dari siapapun yang datang. Dengan gaun bak seorang putri. Tersenyum indah pada siappun yang berjalan melewatinya. Dan disampingnya, menggenggam erat tangan sang putri, pria gagah yang tampan. Yang hanya dengan senyumnya dapat meluluhkan hati tiap wanita yang memandangnya. Seorang pria yang spion mobilnya pernah aku rusak. Seorang pria yang pernah aku sia siakan.

Maafkan aku, Arief. Kau terlihat begitu romantis dengannya.....

Leave a Reply