Who Am I

#30HariMenulis Day 12
- Best Age? -

Usia terbaik? Hmm.. tidak ada usia yang tak baik. Hanya bagaimana kita mengisi usia kita agar tak terbuang percuma. Jadi, menuliskan usia terbaik? Susah!

Tiap orang pasti akan bertemu dengan masa-masa bingung akan siapa dirinya.Pun dengan saya sendiri. Dan tidak semua orang mengalaminya pada usia yang sama. Bisa lebih cepat, atau lambat. Dan setiap orang selalu berbeda pengalamannya.

Saya, 20 tahun, sekitar 5 tahun yang lalu. Ya, saya mengalaminya 5 tahun yang lalu. Entah apa mungkin bisa jadi kehilangan jati diri. Bingung akan siapa diri ini. Dan... Ketakutan.

Pernah membayangkan melakukan sesuatu yang salah setiap hari dan merasakan ketakutan setiap selesai melakukannya? Saya pernah.

Entah bagaimana perasaan itu dimulai. Saya merasakan apa yang sudah dilakukan selama ini salah. Bukan saya yang sebenarnya. Di tengah kebingungan tersebut saya mencoba beberapa hal. Hal-hal yang saya sendiri belum pernah melakukannya sebelumnya.

Hari itu saya mulai mencoba untuk bolos kuliah. Ya, seharian bolos kuliah. Jalan ke mall, nongkrong di kantin, dan pulang begitu saja. Rasanya? Luar biasa! Saya menangis di dalam kamar. Menangisi kelakuan diri sendiri, dan beberapa kali mengatakan pada diri sendiri bahwa bukan seperti itu yang saya au. Bukan seperti itu identitas saya sebenarnya. Bukan seseorang yang dengan mudah menyia-nyiakan waktu begitu saja. Melanggar kewajiban sebagai mahasiswa saat itu.

Sudah selesaikah? Belum!

Saya kembali bingung apa yang harus saya lakukan... Dan... saat itu ada seorang karib yang datang berkunjung. Dia perokok. Dan melihatnya merokok membuat saya berpikir, mungkinkah saya juga perokok? YA, benar, saya mencoba untuk merokok. Istilahnya belajar merokok.
Dan apa yang terjadi? Saya tak tahan. Rokok membuat saya pusing setengah mati dan tak sadarkan diri hingga pagi. Esoknya, seharian saya tak mau keluar kamar. Kembali menangisi ulah sendiri. Dan hampir bunuh diri.

Bunuh diri? Hahahahaha pemikiran akhir yang bodoh. Tapi pengalaman paling menarik. Pernah menggengam pisau cutter baru tapi tak terluka sedikit pun? Dari situ saya yakin bukan waktu saya untuk mati. Dan tiba-tiba bayangan kematian itu menjadi sangat menyeramkan. Semua hal mengerikan muncul di benak. Siksa kubur,neraka, jawaban keliru saat ditanya malaikat, tangisan keluarga. Semua membuat pikiran saya semakin sakit.

Lalu bagaimana saya bisa menetapkan jati diri seperti sekarang? Bagaimana bisa menghilangkan ketakutan tersebut?

Tidak ada yang berubah. Tidak ada yang hilang. Masih sama. Masih sama persis. hanya saja sekuat apa saya bisa tetap istiqamah. Sekuat apa saya bisa melawan untuk tidak berbuat hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Tak percaya?

Apa yang saya rasakan 5 tahun yang lalu itu pernah muncul lagi. Belum lama. Saat itu saya menjadi koordinator nonton bareng Hunger Games yang terakhir. Selesai acara, saya benar-benar merasa bersalah. Kenapa? Saya meninggalkan sesuatu di tempat perantauan yang menurut saya lebih berarti. Alhasil saya keluar dari grup yang di bawahi oleh umi admin #30HariMenulis ini.

Dan kini, inilah saya dengan segala hal yang saya takuti. 5 tahun berlalu, dan masih sama. Saya takut menjadi saya yang tak ada apa-apanya bagi orang lain.




Saya dan ketakutan dalam diri saya, 12 Juni 2016

Leave a Reply