PATH : KISSES -21HariMenulis-

"Because how hard you try, you'll never forget your first kiss" -tamz-


______________________________________________________________________________
Aku masih duduk bermalasan depan jendela kamar. Hujan mengguyur dengan derasnya. memandikan pohon pohon yang sedari pagi kehausan. Aku suka suasana seperti ini. Aman dan tentram. Aroma tanah saat hujan tak dapat ditandingi oleh wewangian relaksasi. 

Tulisanku tak juga berubah. Hanya coretan judul yang bertengger diatas halaman putih. Masih kosong. Bingung aku akan titik awal tulisan ini. Darimana aku harus memulai? Karena semakin jauh aku berpikir, aku semakin sadar bahwa aku sama sekali tak mengenalnya. Lalu untuk apa aku menuliskan kisah tentangnya? Dan semakin aku memikirkannya, semakin aku teringat pada malam itu...


Tanggal sekian, bulan itu, tahun ini. Kami berdua tidur dalam satu ruangan yang sama. Terdapat dua tempat tidur yang dapat kami gunakan. Jendela besar yang menghadap arah barat, dan satu lemari kecil yang mau tidak mau kami gunakan bersama. Malam itu, dengan kehangatan atmosfer kamar, kami berbincang mengenai pekerjaan kami. Hal-hal yang menjengkelkan, sampai hal-hal lucu yang biasa kami perbuat. Hingga hal-hal pribadi yang mendorong kita pada titik saling memperhatikan satu sama lain. Aku tanpa sadar benar-benar memperhatikannya. Bagaimana bibir tipisnya bergerak seiring pembicaraannya. Matanya yang bening pun ikut berbicara, membenarkan apa yang diutarakannya. alisnya yang hitam terkadang terangkat naik mengikuti ekspresinya. Dan Tangannya yang naik turun mengikuti alur pembicaraan. Pun begitu dengan dia. Memperhatikanku dengan seksama. Tersenyum tatkala aku sedikit mengeluarkan lelucon garing. Mengelus pundakku saat aku mulai mengeluh dengan kehidupanku. Dan Tangannya tak lepas dari pundakku. Matanya memandangku dengan lekat. Dan sedikit demi sedikit dia akhirnya mendekat. Wajah kami hanya sejarak beberapa centimeter saja. Aku dapat merasakan hembusan napasnya. Ada kegugupan didalamnya. Ada rasa ragu padanya. Dan semua itupun terjadi.

Mulut kami bersentuhan beberapa saat. Tubuhku menegang. Tak pernah terpikir akan seperti ini jadinya. Dia, yang aku kenal, melakukannya. Beberapa saat aku membeku. Membiarkan mulutnya diam menempel dengan milikku. Hingga akhirnya dia melepaskannya, memandangku yang tampak bodoh didepannya. Bagaimana tidak? Aku pria dan dia pria! Aku yang dia tahu sedang menyukai seorang wanita dan dia yang akhirnya menciumku? Ini ciuman pertamaku dan dengan pria? Ayolah!!

Aku tak mengerti dengan jalan pikiranku kini. Aku yang jelas-jelas pria dan menyukai wanita bisa-bisanya terjebak dalam situasi seperti ini. Berciuman dengan sahabat sendiri, dan aku menikmatinya. Sensai yang entahlah harus aku bilang apa. Adrenaline yang berpacu lebih kencang karena aku tahu ini semua salah. Dan kini aku mencari berbagai alasan untuk membenarkan apa yang telah aku perbuat. Karena kami sahabat? Karena kami tak melakukan hal berlebih? That just a kiss!

Aku ambil ballpoint yang sedari tadi sematkan di telinga. Mau tidak mau aku harus menuliskannya. Dan akan aku tulis sekarang, dimulai dari saat itu...

***

"kau lihat? Tak ada yang lebih indah dari langit setelah hujan! Bersih dan tampak lebih biru." dia merentangkan tangannya bak memeluk angin. Ditutup matanya untuk lebih menghayati. Bibirnya tersenyum penuh arti.

Aku berdiri di sampingnya, mencoba hal yang sama. Dan memang, udara setelah hujan itu meyegarkan. Wangi tanah yang menyejukan. Dan hangat matahari yang begitu manja. Burung pun tak kenal lelah bernyanyi bersahutan. Ini lah sinergi alam yang sesungguhnya.

"Dan......", ucapku lirih
Dia hanya berdeham memberi tanda dia mendengarkan.
"aku.... harus bertugas diluar kota"
Dia menatapku sejenak
"lalu...?" tanyanya
"Lalu? Ah kau... tidak adakah rasa ingin menahan? agar aku memiliki alasan untuk tetap tinggal?"
"ah kau.... hahahaha kau lelaki! Ayolah, hanya pindah kota dan kau galau sebegitunya? Kenapa? Maria? Tania? Yang mana yang membuatmu galau?"
"Kau tahulah", ucapku seraya pergi.
Dan dia hanya menatapku menjauh. Tak memanggil maupun mengejarku...

Damn! Ayolah... Apa yang sudah aku tuliskan? Lembek! Bukan seperti itu yang sebenarnya!

Aku merobek kertas itu. membaginya menjadi potongan kecil dan membuangnya pada tempat sampah. Tidak, bukan itu yang harus aku ceritakan. Bukan. 

Aku beranjak dari tempat itu. Pergi ke kamar tidur. Menyalakan musik instrumental karya Yiruma, dan membaringkan diri. Aku butuh istirahat. Pikiranku butuh istirahat. Dan aku ingin istirahat.

Fay, dimanapun kamu sekarang, sungguh,aku rindu....



*Karawang, 9 Februari 2017, 19.48

Leave a Reply