#30HariMenulis-Day 9-Diatas Atap Bagian 5
Kembali, hati yang berbicara... bahkan mengundang cinta
_______________________________________________________________
Hari yang cukup cerah untuk sekedar pergi ke kampus dan berdiam diri di kantin. Tak ada yang mengenalku. Tak ada yang memperhatikanku. Apalagi mengusikku. Sendiri. Dan aku suka akan hal ini.
Kesendirian memberikanku ruangan untuk jauh lebih santai. Untuk menghilangkan segala persoalan yang sedang dihadapi. Atau sekedar menghirup udara bebas yang bersih.
"Rendy kan? Mmm... maaf soal kemarin"
Seseorang sedang berdiri di belakangku. Kaku.
"Ya, ada apa ya?"
Aku berbalik menghadapnya. Seorang pria sedang berdiri. Memang kaku. Namun, pria yang tersenyum itu, dia yang bibirnya terasa lembut dan hangat itu. Pria yang selama satu hari kemarin bergelayut terus dalam pikiranku.
Aku terdiam. Tak dapat mengucapkan sepatah katapun. Pria itu tetap tersenyumpadaku. Kini tangannya menggaruk-garuk kepalanya. Sungguh sangat terlihat kaku.Aku perhatikan tubuhnya. Badannya tinggi menjulang. Bisa jadi 180cm bahkan lebih. Kulitnya putih. Rambutnya rapi. Matanya berwarna coklat. Dan bibir merahnya selalu tersenyum. Memakai kaus abu dengan gambar siluet gitar. Otot lengannya terlihat. Tidak besar, tapi proporsional dengan tubuhnya. Dadanya bidang, dan aku yakin perutnya pastilah berkotak enam.
"Boleh duduk?" Suaranya yang berat namun terdengar seksi membuyarkan lamunanku. Aku segera mengangguk padanya. Mempersilakannya duduk teopat dihadapanku. Kini aku bisa dengan leluasa memperhatikan wajahnya. Semoga aku tak langsung menerkamnya.
"Gak masuk kelas?" tanyaku. Ini memang sudah masuk jam mata kuliah pertama.
"Tadi aku liat kamu disini sendiri jadi ya apa salahnya aku temani. Boleh kan?" tanyanya.
Tentu saja boleh! Hatiku berteriak. Namun yang muncul hanya kalimat "hmmm...." yang agak panjang. Dan anehnya, dia tidak lantas pergi, yang ada dia malah memesan minuman. Strawberry Yoghurt. Tuhan.... Mengapa pria ini sungguh lucu!
"Oh iya, soal kemarin... sorry ya." ucapnya malu-malu.
"Gak apa-apa kok. Lagian gak ada luka sama sekali. Lain kali hati-hati kalo jalan. Untung gue yang lu tabrak. Coba dosen, bisa mati lu."
"Bukan itunya sih, tapi...." dia tidak melanjutkan kalimatnya. Alih-alih dia mengetukan sedotan yang dia pegang pada bibirnya. Berkali-kali.
"Maksud lu?"
"Itu...." kembali dia mengetukan sedotannya pada bibirnya. Kini sedikit juice strawberry meleleh dari sedotan menuju bibirnya. Tuhan.... ingin aku melahapnya.
"Gak sengaja ciuman itu?" aku menerka dengan suara agak tinggi.
"Ssst... jangan kenceng-kenceng!" ucapnya berbisik. Dia mendekatkan wajahnya padaku agar aku dapat mendengar bisikannya. Sedikit strawberry yoghurt masih ada di bibirnya. Refleks aku langsung melumatnya. Beserta bibirnya yang masih saja terasa lembut. Bahkan lebih lembut dari sebelumnya. Ditambah rasa manis dan asam dari strawberry yoghurt menambah segarnya. Dia terdiam. Kaget. Tidak meronta atau melepaskan ciumanku. Kubuka mataku yang aku tutup saat melumat bibirnya. Kulihat matanya ternyata ikut tertutup. Menikmati tiap detik lumatanku.
"Tuh aku tambahin." Ucapku, melepaskan bibirnya.
Dia masih terdiam, matanya memandangku lekat-lekat. Dia tak henti-hentinya menggigit bibirnya sendiri. Membuatnya semakin merah saja.
"Kenapa? Masih mau?" tambahku.
Dia tersedak. Entah tersedak apa karena dia tak melanjutkan minumnya. Sedotannya saja sampai dia jatuhkan.
"Sebaiknya aku masuk kelas." Ucapnya. segera dia merapikan dirinya. Kaus, rambut, wajah, hingga celana yang dia pakai. Padahal semua masih terlihat rapi. Tak ada yang berubah. Mungkin yang berubah hanya wajah dan bibirnya yang semakin memerah. Dia langsung pergi meninggalkanku. Namun berbalik ketika beberapa langkah dibelakangku.
"Mmm... jika tidak keberatan dan ada waktu luang, maukah kau main ke apartemenku selesai kuliah nanti?" ajaknya.
Aku langsung mengangguk padanya. Mengedipkan satu mataku dan tersenyum padanya. Dia kembali berbalik dan berjalan pergi. Aku langsung mengambil handphone ku dan segera mengirimkan pesan pada Zeri bahwa aku akan pulang terlambat.
*Bersambung