#30HariMenulis-Day 8-Diatas Atap Bagian 4 (Fiksi)

Terkadang, kebebasan terkekang oleh hal yang sangat primitif...
__________________________________________________________________


Perkataannya masih terngiang-ngiang di kepalaku. Ultimatum keras dari Mama, menyakitkan tapi mau diapakan...
"Umurmu sudah cukup untuk menikah dan Mama belum sekalipun melihatmu diabawa pergi pria. Ikuti aturan Mama atau kau harus membawa pria yang sepadan untuk kau nikahi! Tante Elsa akan menjemputmu sebentar lagi dan kau harus sudah bersiap. Dia akan membawamu ke perusahaannya. Mengenalkanmu pada anak semata wayangnya. Kau harus mau atau kau bawa pria mu sekarang juga. Atau pilihan lain, pergi dari rumah ini sekarang juga."
Menyakitkan... :(

"Pagi Tante...." Kusapa wanita yang ada dihadapanku. Gaya nya sungguh mempesona. Dengan umurnya yang aku kira sudah mencapai 40an tapi masih memiliki kemolekan wanita muda. Rambut pendek angkuh, blazer dan rok mini yang menggambarkan kesombongan.
"Kamu belum bersiap?" tanya wanita itu.
Ingin aku menyanggahnya. Aku telah bersiap satu jam sebelum dia datang.
"Pakaian apa ini? Celana jins? Kamu yakin? Kaus dan apa pula itu? Cepat ganti. 5 menit." Ceracaunya. Tanpa dipersilahkan dia masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu. Aku terdiam melihat tingkahnya.
"Cepat." ucapnya.
Aku bergegas menuju kamar dan berganti pakaian. Yang ada dalam pikiranku hanya dandanan beliau. Maka tak ayal kuikuti dandanannya. Aku bongkar lemariku dan kutemukan blazer dan rok mini ku. Segera aku memakainya. Tak lupa sepatu kets yang aku pakai aku ganti dengan sepatu yang memiliki hak lebih tinggi. Sedikit parfum aku semprotkan dan segera aku berjalan menuju ruang tamu.

"Bagus. Ini terlihat lebih baik. Kita segera berangkat." Dia beranjak meninggalkan ruang tamu kami tanpa pamit pada Mama terlebih dahulu. Melirik ku dan menyuruhku mengikutinya. Aku masuk ke daam mobil mewahnya. duduk berdampingan dengannya dan di berondong beberapa pertanyaan olehnya. Pendidikanku, hobiku, kegiatanku, dan semuanya aku jawab tanpa terus terang. Hanya pendidikan, hobi, kegiatan, dan hal lain yang juga diketahui Mama. Selebihnya, aku genggam erat-erat.

Lantai 15. Lokasi cabang perusahaan yang di pegang oleh anak semata wayangnya. Semua pegawai telah duduk rapi di meja masing-masing walau beberapa ada yang sibuk dengan obrolan bersama pegawai lain. Sangat rapi. Aku menunggu di luar sementara wanita itu masuk kedalam ruangan. Tak lam dia menyuruhku masuk.

"Ini Karina. Anaknya Tante Michelle. Dulu kalian sering bermain bersama ketika masih kecil. Berlari-lari di halaman Gereja komplek rumah. Yang dulu. Dia lulusan Universitas terkemuka, anak dari keluarga terpandang, pintar, aktif, dan pastinya cocok denganmu. Kalian berkenalan dulu, Ibu pergi ke cabang lain. Oh ya, antarkan dia pulang jika sudah selesai."
Tanpa melihat reaksi anaknya, beliau pergi. Dan kini aku ingat siapa dia. Zeri Mikael Sanchez. Anak lelaki paling ngaco yang dulu pernah aku kenal. Dari SD hingga SMP dan harus berpisah saat SMA. Lelaki jail tak tahu malu. Yang dengan mudahnya mengatakan jika dia lebih suka laki-laki daripada perempuan. Lelaki gila. Dan ekarang dia dijodohkan denganku? Tak tahukah mereka dia tak akan nafsu melihatku? Kurasa dia lebih bernafsu melihat OB nya ketimbang diriku.

"Gak usah anter gw pulang. Cukup kasih waktu gw 30 menit. Biarin gw ganti baju bentar, terus gw pergi sendiri. Gw ada urusan lain." Cerocosku padanya yang masih tak percaya pada apa yang dilihatnya.
"Lu asli Karina? Pake rok mini?"
"Ini bukan gw kodok! Ini kemauan nyokap lu!"
"Kemana aja lu? Semua media sosial lu kagak ada yang aktif."
"Terserah gw mau gw apain. Kenapa lu? Kangen gw? Atau Abang gw? Dia udah kawin."
Refleks dia memelukku. "Iye gw kangen lu sapi!"
Aku terdiam. Hangat menjalari tubuhku. Berawal dari hati dan kembali pada hati. Tubuhku tiba-tiba lemas. Airmata turun tiba-tiba. Aku menangis. Aku merindukan pelukan ini.

*Bersambung

(Dibikin bersambung gegara ini mata udah teriak teriak ngajak tidur >.<)

Leave a Reply