Movie? Movie Is Life - #30HariMenulis 2015 Day 1-

Hari Minggu, beberapa belas tahun yang lalu. Kegiatan yang pasti dan tak mungkin tertinggal ataupun terlambat walau shalat subuh terlambat, hal ini tak mungkin telat. Nonton!!
Ya, nonton. Apalagi kalo bukan marathon mulai dari Diney Club jam 6 pagi, dilanjut Doraemon, Dragon Ball, Digimon, Power Ranger, Crayon Shincan, Kobo Cahan dan yang lainnya sampai duhur. Duhur baru lah mandi dan lanjut lagi nonton sorenya... Ya nonton apalagi kalo bukan Honey Bee Hutch yang keliling keliling nyari ibunya, Mojacko makhluk bulat imut dari luar angkasa yang turun ke bumi, Remi yang makin heboh dengan 3 dimensi nya. Dan berbagai macam kartun lainnya. Apalagi saat film Layar Lebar Power Rangers muncul. Dengan bangga dan senangnya pergi ke bioskop untuk pertama kalinya buat nonton (yaiyalah masa jualan popcorn)

Sebenarnya hobi utamaku dulu itu membaca dan menulis. Mungkin karena itu juga pada usia SD jaman itu, karyaku sudah nampang di majalah Kreatif entah edisi keberapa. Namun semua berubah ketika Harry Potter menyerang Indonesia.

Film pertamanya, kelas 4 SD, sendirian di rumah nonton dari dvd bajakan dengan kualitas bagus. Terpesona dengan efeknya, gambrnya, sihirnya, segalanya. ikut bersorak saat Grifindor menang (ups, spoiler), ikut takut saat melawan Troll, ikut nahan napas, ikut berpikir, merasakan semuanya, seakan aku sedang ada di dalamnya. dan hobiku pun bertambah satu, nonton!

Film selanjutnya yang aku tonton (seingatku) Air Bud pertama. Persahabatan antara Manusia dan seekor anjing. Ketawa sendiri melihat tingkah si Buddy, sampe nangis sesenggukan pas konfliknya muncul. Dari situ aku belajar untuk menghargai setiap hubungan yang ada.

Belajar? Dari Film?

Ya. Film tak selamanya hiburan. Banyak nilai-nilai yang ditampilkan di dalamnya, sekalipun itu kartun bahkan komedi. Nilai-nilai pokok dalam kehidupan ada di dalamnya. Persahabatan, hubungan keluarga, cinta, dan lain sebagainya. Semakin kuat nilai itu tertanam, semakin bagus film itu untuk diikuti (IMO).

Contoh? Keharmonisan keluarga dalam lucunya kisah Kobo Chan, Orangtua, Kakek-Nenek,Paman (itu pamannya asli atau yang ikut hidup di ruamah itu ya? yang ndut itu) bahu membahu menyelesaikan masalah yang muncul di dalamnya. Sungguh keluarga yang harmonis.

Hubungan pertemanan dengan karakter yang sangat bertolak belakang satu sama lain dalam The Breakfast Club, Hubungan Guru dan murid dalam Dead Poet Society yang sangat sukses bikin nangis keder gak karuan. Persahabatan, Keberanian, Pantang Menyerah, Teguh dalam hal yang benar, Aku dapatkan itu semua dalam serial Digimon.

Disitu mungkin alasan mengapa saya menjadi suka akan film. Dan mengapa pula saya menganjurkan adik adik saya untuk nonton, walaupun mereka menyukai film yang berbeda dengan saya, setidaknya banyak hal yang dapat mereka pelajari tentang hidup dalam film yang merekla tonton.

Malam makin larut dan tulisanku pun makin  semrawut.
Intinya, bagi saya film itu merupakan kehidupan itu sendiri dengan jalan cerita, konflik, dan penyelesaian yang berbeda. Nonton film berarti melihat kehidupan dari sisi lain. Dari sisi pahlawan super, manusia biasa, survivor bencana alam, bahkan dari hantu sekalipun.

Movie Is Life

Karawang, tengah malam menuju 1 Juni 2015.

1 comments: