Diatas Atap bagian 7- #30HariMenulis 2015 day 5 -

"Mau kemana kita? Zer! Pelankan mobilnya!" aku memegang sabuk pengaman dengan begitu erat. Zeri mengemudikan mobil dengan sangat cepat. Semenjak tadi dia tak banyak bicara. Hanaya mengajakku berkemas dan pergi begitu saja. Tangannya masih bergetar. Ya, bergetar. Semenjak handphone yang dia banting dengan keras itu pecah. Dan aku masih tidak tahu ada apa ini sebenarnya.

Dulu dia pernah seperti ini. Dulu sekali. Ketika aku kedapatan memiliki obat-obatan terlarang. Tidak aku tidak mengkonsumsinya. Atau mungkin...belum. Zeri sangat marah saat itu. Berbeda dengan Randy yang hanya tersenyum melihatku dengan semangat mengeluarkan obat biadab itu dari balik ikat pingangku. Diambilnya obat itu, di injak injak sampai hancur dan dia siram dengan air minum yang dia pegang. Dan... tangannya bergetar. sama seperti sekarang. Yang artinya, dia sedang sangat marah.

"Zeri please... Pelankan mobilnya. Demi Tuhan Zeri!"
Aku menaikan volume suaraku.Dia memandangku, membelokan mobilnya tiba-tiba ke pojokan yang sepi dan berhenti.

"Kenapa? Tak suka? Silahkan turun!" bentak nya.

Aku menghela napas panjang. Menatap langsung pada matanya. Merah. Takhanya matanya yang merah. Kulit wajahnya pun memerah. Sangat merah. 

"Kau tahu, aku pernah melihatmu semenakutkan ini saat itu. Dan aku tahu sesuatu sedang terjadi. Soal Randy? Kau tak akan pernah bisa menyelesaikan ini semua dengan kondisi seperti itu. Amarahmu hanya akan menjerumuskanmu ke dalam kesalahan paling besar nantinya. Aku akan turun jika memang kau ingin aku turun. Tapi jangan sampai apa yang akan kamu lakukan ini membahayakan dirimu dan Randy atau siapapun yang kamu khawatirkan saat ini."

Aku membuka pintu dan turun dari mobil. Sebelum pergi aku kembali mengingatkannya akan emosinya yang terlalu berlebihan. Ada sebuah halte di dekat sana. Aku beranjak ke halte tersebut. tak kusangka Zeri mengikutiku diam diam dan duduk disampingku.

"Maaf..." ucapnya sangat pelan. dengan suara yang bergetar.
"Tak apa...." ucapku.
Bukannya menjawab atau apa, Zeri menangis. Menangis layaknya seseorang yang ditinggal mati orang terdekatnya.

"A... ada apa sebenarnya?" tanyaku terbata. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Jika masa lalu mungkin akan aku peluk dia sekarang untuk menenangkannya. Tapi....

Zeri mendongak melihat ke arahku. Wajahnya begitu lucu. Menggemaskan. Dan menyedihkan sekaligus menjadi satu. Dia menghapus airmata dengan lengan bajunya. Menatapku seraya berkata.

"Minum..."

Aku segera mengambil air minum di dalam tasku yang langsung dia habiskan sekali teguk.Aku kembali duiduk di dalam mobilnya. Tanpa diminta dia langsung menceritakan semuanya. Shock aku mendengarnya. Mereka.... Lelaki!

"Kamu tahu siapa yang tidur dengan Randy?" tanyaku lemah.
"Ya,dia...." Zeri terhenti.
"dia?"
"Adikku."

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

RS. Jasa Kartini, Ruang 3.4 05 Juni 2015 21:17

Leave a Reply