Karena Kita Sudah Berbeda

#30HariMenulis Day 4
-Lagu yang mendekati kisah hidup-


2009

"Kemo!"
"Enggak!"
"Kemo!"
"Enggak!!!"
"Ayolah....... buat kesehatan kamu juga kan....."
"Gak usah ngerajuk deh, jelek tau!"
"Gak usah sok sokan kuat gak mau kemo deh, jelek tau!"
"Iya! Aku emang lemah! makanya aku gak mau kemo!"
Dan telpon pun diputus begitu saja.

***

"Assalamu'alaikum Bunda, masih gak mau juga?"
"Wa'alaikumussalam nak.... Masih ngurung diri di kamarnya. Bunda sudah tidak tahu harus gimana lagi. Makin sakit kalau liat dia buka jilbab. Sudah botak,Nak..."
Dan yang aku dengar hanya tangisan dari seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya.

***

9 April 2009

"Balikin buku gue! Besok UN woy!" suara diseberang telpon begitu keras.
"Iye gue berangkat sekarang. Lu di rumah kan ya?" jawabku terburu-buru mengeluarkan motor.
Teman yang satu itu memang sedikit galak. Kalau sudah ada maunya harus diikuti. Apaagi sekarang, ada sangkut pautnya dengan masa depan. Besok merupakan hari pertama Ujian Nasional dan buku yang aku pinjam belum aku kembalikan. Jadilah sore itu, dengan cuaca agak gelap aku pergi ke rumahnya.

"Gimana cewek lu?"
Tiba-tiba aku tersedak mendengar pertanyaan itu. Dia yang sedari tadi diam menulis ini itu tiba-tiba bersuara dengan pertanyaan tak diduga
"Udah hampir sebulan gak gue telpon."
"Emaknye? Adeknya?"
"Enggak juga, Sempet nelpon sih adeknya, tapi gak sempet gue angkat"
"Emang lu kagak khawatir? kagak kangen?"
"Kangen, khawatir banget malah. Takut. Tapi ya gimana lagi,gue dah bilang ke dia bakal hubungi dia kalo dia sendiri yang hubungi gue, ngasih kabar kalo dia udah mendingan."
"Gila lu, jahat amat. Bukannya ngasih semangat."
"Justru gue lakuin itu biar dia ada semangat! Dah ah gue balik."
Aku pergi. Kembali ke rumah.

Perjalanan pulang ke rumah terasa begitu lama. Aku masih memikirkan pertanyaannya. Bagaimana keadaan dia ya? Sudah kemo? Sudah baikan?
Telepon dalam kantung celana bergetar. Aku abaikan. Tdak dianjurkan menggunakan handphone saat berkendara. Apalagi motor. Tapi getarnya tak pernah padam. Maka dengan sedikit kesal aku angkat.

"Assalamu'alaikum... maaf lagi bawa motor, ntar lagi ya"
"Jangan ditutup! Ini gue, Temennya cewek lu."
"Oh hey, apa kabar? Sorry nih gue lagi bawa motor, tar aja ya nelponnya."
"Gak! Ini penting. Udah gak tahan gue nyimpen ini semua. Perasaan gue udah mulai gak enak. Sumpah, gue harus jujur sama lu tentang apa yang terjadi."
"Apaan sih lu, segitu pentingnya ya perasaan lu buat gue? Lagi bawa motor nih."
"Dia udah meninggal seminggu yang lalu. Dia tetap gak mau kemo. Dia mau semua cara pengobatan dihentikan. Dia udah gak ada....."

Entahlah, dunia jadi gelap saat itu. Aku tak ingat apapun hingga seorang kakek paruh baya membangunkanku. Membawaku menepi dengan kondisi tertimpa motor sendiri. Baju kotor sedikit robek. Pelipis, tangan dan kaki berdarah. Kepala pusing. Banyak memar di tangan. Handphone tergeletak beberapa meter. Menurut seorang saksi, aku terseret beberapa meter saat terjatuh...



Sedikit kisah dari apa yang pernah terjadi. Sebuah fiksi yang sebagian sudah sedikit dirubah, dengan tahun dan kejadian yang sama. 5 tahun baru bisa move on. 5 tahun terus merasa bersalah. 5 tahun tidak pernah bisa memaafkan diri sendiri.

2016, seseorang yang aku kenal mengirimkan link video diatas, dengan caption "abang lu bikin lagu baru". Abang, seorang pria asal Aceh yang sudah aku anggap abang sendiri. Beliau tidak tahu akan kisah ini, tapi dengan lagu barunya tersebut dapat mengembalikan ingatan akan apa yang telah terjadi saat itu.

Guys, jangan pernah sia siakan waktumu dengan orang yang kamu sayangi. Jangan pernah tinggalkan dia dengan alasan apapun. Tak ada alasan "demi kebaikanmu" jika kamu sudah menjadi kebaikan bagi dirinya. Dan kalian tahu alasan dia menghentikan segala pengobatannya? Karena dia gak mau keuangan keluarganya kacau. Dan yang dia lakukan? Menyodaqahkan tabungannya untuk pengobatan seorang anak di rumah sakit yang sama dengan tempat dia dirawat. Dan yang aku lakukan? Meninggalkan dia disaat dia butuh. Kita sudah berbeda sekarang. Dan tak mungkin bersatu. Penyesalan seumur hidup.


Aku dan rasa bersalah yang tak akan pernah hilang.


Bandung, 4 Juni 2106

Love You Mbieb...

"Akhi... Shallu!" Teriakannya di telpon menjelang waktu shalat

Leave a Reply